top of page

ANSOR DKI JAKARTA PERLU SOSOK REFORMIS DAN BERANI



Oleh: Muhammad Anwar

Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Provinsi DKI Jakarta belum lama telah mengalami perombakan dimana Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta diambil alih oleh Pimpinan Pusat GP Ansor dengan menunjuk sahabat H. Syaiful R. Dasuki. Penunjukkan ini memiliki tujuan utama yakni menghantarkan sampai terselenggaranya Konferensi Wilayah (KONFERWIL) Gerakan Pemuda Ansor Provinsi DKI Jakarta.


Pandemi COVID-19 yang masih mewabah menjadi kendala utama terkait kapan dan bagaimana konferensi wilayah nantinya di gelar. Namun, para kandidat bakal calon peserta kontestasi merebut Ansor DKI 1 sudah cukup massif dan isu-isu politis menjadi perbincangan hangat bagi kader Ansor di DKI Jakarta.


Namun kali ini saya tidak membahas terkait kandidat bakal calon tertentu yang akan di usung. Yang ingin saya sampaikan adalah harapan sebagai kader Ansor yang sudah memasuki 7 tahun di Jakarta Selatan.

Meskipun saya baru melalui 1 kali pergantian Ketua Umum dari Sahabat H. Nusron Wahid ke sahabat Gus Yaqut, dan 1 kali pergantian Ketua PW dari sahabat H. Syaiful R. Dasuki ke Sahabat H. Abdul Azis, namun rasanya tidak tepat jika saya harus membanding-bandingkan gaya kepemimpinan maupun kondisi kepengurusan beliau-beliau.


Sebagaimana dikatakan, "Setiap masa ada pemimpinnya. Dan, setiap pemimpin ada masanya" kurang lebih kata-kata itulah yang cukup menggambarkan bahwa setiap masa kepemimpinan memiliki tantangan dan cara menghadapinya yang tidak bisa di sama ratakan.


"Setiap masa ada pemimpinnya. Dan, setiap pemimpin ada masanya"

Kembali pada judul dari tulisan ini, saya berharap Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Provinsi DKI Jakarta nantinya di pimpin oleh sosok yang memiliki jiwa reformis dan berani. Keduanya menjadi penting mengingat Jakarta adalah Ibukota dan menjadi barometer bagi wilayah lainnya.


Selain itu juga di Jakarta terdapat kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan kantor Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor. Tentunya, ini harusnya menjadi tolak ukur bagi kader Ansor yang ada di daerah lain.


GP Ansor DKI Jakarta menghadapi tantangan yang cukup berat dan kompleks dimana warganya yang heterogen dari beragam suku, sedangkan suku aslinya mulai terpinggirkan dan digerus ke-NU-an nya. Bahkan beberapa pengurus NU yang ada di Jakarta sampai ter-afiliasi dengan kelompok minhum.


Oleh karena itu butuh sosok pendobrak dan berani untuk bisa memimpin Gerakan Pemuda Ansor di DKI Jakarta. Sehingga menjadi trigger bagi Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting untuk lebih giat dan kreatif dalam mengemas dan menjalankan program-program Gerakan Pemuda Ansor.


Karena Ansor hari ini adalah NU masa depan, sehingga harus bisa keluar dari tradisi-tradisi lama yang menjadikan organisasi NU dan Banomnya sebagai alat untuk politik praktis, meraih posisi dan jabatan untuk kepentingan pribadinya.


Ayo kita kembali pada khittah perjuangan NU dan Gerakan Pemuda Ansor. Kita berjuang dalam pengkhidmatan yang terlepas akan sarat kepentingan pribadi dan golongan.


Alm. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berkata "Di NU yang ada adalah cita-cita bersama, bukan kepentingan bersama".

Ayo kita cita-citakan tentang masa depan NU dan GP Ansor yang lebih baik lagi. Kita cita-citakan Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta semakin digandrungi para milenial, semakin mandiri dan solid. Kita bersama menjaga jantung Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Daerah Khusus Ibukota Jakarta dari para perongrong kedaulatan NKRI dan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah Annahdhiyyah.

Comments


bottom of page